GANGGUAN JIWA PSIKOLOGI KLINIS
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa
adalah suatu penyakit yang bisa terjadi pada semua orang dan tanpa mengenal
ras, budaya, anak-anak, dewasa miskin ataupun kaya, ganguan jiwa merupakan
salah satu gangguan mental yang di sebabkan oleh beragam faktor yang berasal
dari dalam maupun luar. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan perubahan
pola pikir, tingkah laku dan emosi yang berubah secara mendadak tanpa disertai
alasan yang jelas. Stres yang menjadi pemicu awal terjadinya gangguan jiwa akan
membuat seseorang tidak mampu beraktivitas secara normal. Jika stres ini tidak
ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala gangguan kejiwaan.
Pada umumnya terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang yakni. Faktor Keturunan, Jika di dalam silsilah keluarga tersebut mempunyai riwayat ganguan jiwa maka keturunan – keturunan dari keluarga tersebut bisa dan sangat mungkin juga akan mengalami ganguan medis tersebut karena ada hubungan darah dari orang tua mereka yang menyebabkan si anak juga bisa mengalami ganguan jiwa tersebut. Faktor Lingkungan, faktor lingkungan di sini juga bisa berpengaruh terhadap penyakit medis ganguan jiwa tersebut, contoh di dalam sebuah lingkungan ada seseorang yang mengalami suatu masalah atau juga miliki sebuah aib dan dalam lingkungan tersebut ada beberapa orang yang dengan sengaja mengucilkan dan mengejek orang tersebut, maka orang terbebut akan mengalami beban pikiran yang berat sehingga menyebabkan depresi yang mengakibatkan ganguan jiwa. Penggunaan obat – obat terlarang yang bersifat adiksi untuk mengurangi stres akan tekanan hidup nyatanya justru dapat memicu terjadinya gejala gangguan kejiwaan pada si pemakainya tersebut, zat adiksi yang mempunyai efek ketergantungan bagi pemakainya ini akan merubah persepsi seseorang kedalam hal-hal yang dapat merusak saraf motorik didalam tubuh. Selain itu, proses berpikir yang melibatkan kinerja otak tidak akan berjalan sebagaimana mestinya akibat pengaruh dari zat adiksi yang terkandung didalam obat-obatan terlarang tersebut.
PEMBAHASAN
Gangguan jiwa
atau gangguan mental ialah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik
seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan
suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment / disability) di
dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan bahwa
disfungsi itu adalah disfungsi dari segi perilaku, psikologik, biologik, dan
gangguan itu tidak semata-mata terletak dalam hubungan antara orang itu dengan
masyarakat.
Gangguan jiwa
atau gangguan mental juga dapat diartikan sebagai gangguan (performance) dalam
peran sosial dan pekerjaan tidak digunakan sebagai komponen esensial untuk
diagnosis gangguan jiwa, oleh karena ini berkaitan dengan variasi sosial-budaya
yang sangat luas. Yang diartikan sebagai ’disability’ keterbatasan atau
kekurangan kemampuan atau kekurangan untuk melakukan suatu aktifitas pada
tingkat personal, yaitu melakukan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa dan
dilakukan untuk perawatan diri dan keberlangsungan hidup (mandi, berpakaian,
makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil).
A.
Jenis Gangguan Jiwa
Adanya gangguan
jiwa dalam diri seseorang bisa juga ditunjukan dari kebiasaan melakukan hal
yang bisa merugikan orang lain, yang sering kali tidak disadari tingkah laku
yang menyimpang, gangguan jiwa dapat berupa:
a.
Stress
Stress adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang
terganggu karena tekanan psikologis. Banyak hal yang bisa memicu stres seperti
rasa khawatir, perasaan kesal, kecapekan, frustasi, perasaan tertekan,
kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, terlalu fokus pada suatu hal, perasaan
bingung, berduka cita dan juga rasa takut.
b.
Psikosis
Psikosis merupakan gangguan tilikan pribadi yang
menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya.
Psikosis sebenarnya masih bersifat sempit dan bias yang berarti waham dan
halusinasi. Selain itu juga ditemukan gejala lain termasuk diantaranya
pembicaraan dan tingkah laku yang kacau, dan gangguan daya nilai realitas yang
berat. Oleh karena itu psikosis dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan
gejala yang terdapat gangguan fungsi mental, respon perasaan, daya nilai
realitas, komunikasi dan hubungan antara individu dengan lingkungannya.
c.
Psikopat
Psikopat secara harafiah berarti sakit jiwa. Psikopat
berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit.
Orang yang mengidap penyakit ini sering disebut sebagai sosiopat karena
perilakunya yang antisosial dan dapat merugikan orang-orang terdekatnya.
Psikopat tak sama dengan gila, karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas
perbuatannya. Gejala psikopat dapat disebut dengan psikopati, seringkali
disebut orang gila tanpa gangguan mental. Orang yang mengalami psikopat sangat
sulit untuk disembuhkan.
d.
Skizofrenia
Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat
ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak.
Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya
perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antar
pribadi yang normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah)
dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang panca indra).
B.
Tingkatan Gangguan Jiwa
Menurut Davison,
(2006) gangguan jiwa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: gangguan jiwa
ringan (Neurosa) dan gangguan jiwa berat (Psikosis).
a.
Gangguan jiwa berat (Psikosis) adalah bentuk
gangguan jiwa yang merupakan ketidakmampuan untuk berkomunikasi atau mengenali
realitas yang menimbulkan kesukaran dalam kemampuan seseorang berperan
sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu gejala psikosis
yang dialami penderita gangguan jiwa berupa gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Dua jenis yaitu psikosis
organik, dimana didapatkan kelainan pada otak dan psikosis fungsion dimana
tidak terdapat kelainan pada otak.
b.
Gangguan jiwa ringan (Neurosa) merupakan
gangguan dimana seseorang dalam keadaan sadar, dengan melalui ketidakberesan
tingkah laku yang disebabkan oleh adanya tekanan yang terus menerus seperti
konflik yang ditandai dengan gejala-gejala seperti: reaksi kecemasan, kerusakan
aspek-aspek kepribadian, phobia, histeris. Gangguan jiwa ringan adalah suatu
bentuk dimana perilaku seseorang yang maladaptif karena adanya faktor penyebab
yang mendasar. Mengetahui bahwa jiwanya terganggu. Faktor penyebab gangguan
jiwa ringan adalah: tekanan sosial yang dapat menyebabkan ketakutan dengan
kecemasan dan ketegangan hingga kronis, banyak mengalami frustasi yang dialami
sejak lama, kepribadian yang sangat labil.
C.
Penanganan Gangguan Jiwa Melalui Metode
Konseling
a.
Konseling Keluarga
Sebuah keluarga adalah sebuah sistem sosial yang alami,
di mana seseorang menyusun aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk
komunikasi, cara mendiskusikan pemecahan masalah sehingga dapat melaksanakan
berbagai kegiatan dengan lebih efektif. Konseling atau terapi keluarga adalah
cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku,
perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan
sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapi keluarga dapat
dilakukan sesama anggota keluarga mengusahankan supaya keadaan dapat
menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda.
Tujuan konseling keluarga terutama adalah untuk mengerti keluarga penderita gangguan jiwa, konseling keluarga dianggap
cara baru untuk mengerti dan menangani penderita gangguan mental. Kemudian
konseling keluarga tidak hanya berguna untuk menangani individu dalam konteks
keluarga, tetapi juga keluarga yang tidak berfungsi baik.
b.
Konseling Individu
konseling individu merupakan “jantung hatinya” pelayanan
bimbingan secara menyeluruh. Hal ini berarti apabila layanan konseling telah
memberikan jasanya, maka masalah konseling akan teratasi secara efektif dan
upaya upaya bimbingan lainnya tinggal mengikuti atau berperan sebagai
pendamping. Implikasi lain pengertian “jantung hati” adalah apabila seseorang
konselor telah menguasai dengan sebaik-baiknya apa, mengapa, dan bagaimana
konseling itu. Konseling individu adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan
konseling. Karena jika menguasai teknik konseling individu bearti akan mudah
menjnalankan proses konseling yang lain. Proses konseling individu berpengaruh
besar terhadap peningkatan klien karena pada konseling individu konselor
berusaha meningkatakan sikap klien secara langsung untuk menghasilkan
peningkatan-peningkatan pada diri klien, baik cara berpikir, berperasaan,
sikap, dan perilaku.
KESIMPULAN
Gangguan jiwa atau gangguan mental
ialah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik
cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment / disability) di dalam satu atau lebih
fungsi yang penting dari manusia.
A.
Jenis Gangguan Jiwa
a.
Stress
Stress adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang
terganggu karena tekanan psikologis.
b.
Psikosis
Psikosis merupakan gangguan tilikan pribadi yang
menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya.
c.
Psikopat
Psikopat secara harafiah berarti sakit jiwa.
d.
Skizofrenia
Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat
ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak.
B.
Tingkatan Gangguan Jiwa
a. Gangguan
jiwa berat (Psikosis) adalah bentuk gangguan jiwa yang merupakan ketidakmampuan
untuk berkomunikasi atau mengenali realitas yang menimbulkan kesukaran dalam
kemampuan seseorang berperan sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Gangguan
jiwa ringan (Neurosa) merupakan gangguan dimana seseorang dalam keadaan sadar,
dengan melalui ketidakberesan tingkah laku yang disebabkan oleh adanya tekanan
yang terus menerus seperti konflik yang ditandai dengan gejala-gejala seperti:
reaksi kecemasan, kerusakan aspek-aspek kepribadian, phobia, histeris.
C.
Penanganan Gangguan Jiwa Melalui Metode
Konseling
a.
Konseling Keluarga
b.
Konseling Individu
DAFTAR PUSTAKA
Davison, G. &. (2006). Psikologi Abnormal.
Jakarta: PT. Raja. Grafindo Persada.
Irene, G. (1985). Family Therapy. Jakarta.
Walgito, B. (1989). Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah. Yogyakarta: Andi Offes.
Willis S. Sofyan. (2007). Konseling Individual
Teori dan Praktek. Bandung: CV Alfabeta.
Komentar
Posting Komentar